Saturday 13 November 2010

Sedih Bila Dia Pergi

Terkadang perpisahan itu menyedihkan, apalagi bila perpisahan terhadap orang yang sangat sangat dicintainya. Entah itu perpisahan untuk jangka pendek, jangka panjang ataupun selamanya.

Sedih Bila Dia Pergi

Seorang gadis bernama Tanny terbangun dari tidurnya, entah mengapa dia menjadi otomatis terbangun dari tidur, biasanya ia sering dibangunkan. Herannya lagi ia terbangun bukan di saat yang tepat untuk bangun tidur, ia terbangun tengah malam tepat pukul 00:10 WIB

Dengan wajah yang masih sangat sangat amburadul layaknya bangun tidur, dia segera melekas mengambil kacamatanya dan memakainya. Lalu kemudian ia mencari cari ponselnya dan memeriksanya.

Terlihat di screen ponselnya di bagian tengah atas, Sabtu, 7 Nov 20XX. Hari dimana ia akan merasa kehilangan seseorang yang amat ia cintai. Teringat orang itu ia merasa sedih dan ingin rasanya air mata itu keluar dari matanya yang cantik. Dan benar saja air mata itu jatuh perlahan lahan menelusuri pipinya yang manis itu.

Tiba tiba saja ponsel yang dia pegang saat ini berdering, nada panggilan masuk. Tanny pun kaget, tengah malam begini ada yang meneleponnya? Heran bergabung bingung sama dengan aneh, ia segera melihatnya siapa yang meneleponnya. screen di ponselnya tertulis 'nama' itu, orang itu. Tanpa pikir panjang Tanny pun menggangkatnya cepat.

"hallo, spada!" ucap seorang laki laki di sebrang telepon sana, entah ia sekarang sedang ada dimana, tapi bisa tanny prediksi kan ia baru pulang dari suatu acara yang laki laki itu buat.

Mendengar suaranya khasnya itu senyum Tanny langsung merekah, masih sempatnya ia bercanda di tengah malam begini "yaa, hallo, ada apa?? pagi buta begini manggil spada spada?" jawab Tanny sedikit agak terkikik, ada saja yang bisa laki laki itu membuatnya ketawa.

"HAH? Pagi? loh bukannya ......... " ucapnya terhenti, entah kenapa dan apa, mungkin ia sedang melihat jam tangannya karena tidak percaya bahwa sekarang sudah pagi pukul 00:35. "........ astaga udah jam setengah satu pagi?? dikira masih jam 10 malam." lanjutnya. Aku tertawa mendengarnya, membayangkan muka laki laki itu yang sangat polos bila ia melakukan kesalahan kesalahan kecil. Terbayang wajahnya yang bisa dibilang tampan dengan rambutnya yang mirip seperti vokalis muse itu serta sorotan matanya yang tajam.

Hanya membayangkannya saja aliran darahnya pun melaju cepat tak berirama serta jantungnya berdetak tak karuan mengikuti napasnya. "hey, hallo hallo, duh kayaknya ganggu tidur yaak? ya udah deh di tutup ajah yaak?" ucapnya

Baru tersadar saat mendengar kata di tutup lalu "ehh jangan jangan, gak ganggu kok, gw baru ajah kebangun entah kenapa? ada apa?" cepat cepat berbicara karena takut ditutup, mungkin saja ia baru akan menekan tombol merah di ponselnya, untung ia tak terlambat menghentikannya.

"hmmm, iseng ajah, lagian pagi pagi gini jalanan sepi, radio mati, gak ada yang ribut ribut, jadi yaah iseng nelpon ajah, eh di angkat juga dikira udah tidur pulas gitu, taunya masih kayak kalong." ketawanya terbahak bahak di seberang sana, hmm dasar suka banget yang namanya ketawa. "heh iya, hmm nanti siang ikut nganterin di airport kan?" tanyanya setelah capek ketawa.

Entah mengapa dari awal telepon ini, Tanny sudah bisa menebak arah pembicaraan ini. Ia pasti akan menyinggung hari ini, hari keberangkatannya untuk menuntut ilmu. Dan perasaan sedih itu kembali datang, air matapun keluar kembali mengingat apa yang akan terjadi hari ini dan selanjutnya. "hey Tanny! hey kenapa?" tanyanya perhatian, air mata semakin deras keluar dari mata cantiknya itu.

Ada rasa cemas pada laki laki itu, "hey kamu nangis?" tanyanya, dan nada suaranya berubah. Laki laki itu merasa tidak tenang mendengar isakan tangis Tanny sahabat lamanya itu. Laki laki itu pun sempat bingung mendengar Tanny menangis, padahal dari dulu sampai sekarang ia jarang melihat Tanny menangis. Apa karena keberangkatannya itu ia merasa sedih dan menangis? Sebenarnya laki laki itu pun juga merasa sedih akan meninggalkan sahabat lamanya sejak kecil dan persahabatannya itu terjaga hingga sekarang.

"gak, gw gak kenapa napa, gw cuma sedih ajah." ucap Tanny, benarkah ia sedih karenanya batin laki laki itu. Beberapa detik kemudian sunyi, tak ada terdengar apa apa dari daun telinga mereka yang sedang ditempelkan ke ponselnya masing masing, hanya ada suara napas yang terdengar.

"hey, hallo?" terdengar suara Tanny memecahkan kesunyian mereka menyakinkan bahwa orang yang berada di seberang sana masih benar benar terhubung.

"eehhh iya, hmm nanti siang ada yang harus ku omongin serius sama kamu tann." ucap laki laki itu yakin. Tanny langsung mengerutkan dahinya, bingung. kenapa tidak sekarang saja apa yang harus laki laki itu omongkan? "penting! jangan gak ikut nganterin yaak!" lanjutnya

"ehh ehh oke, itu pasti." jawab Tanny, walaupun masih tetap gak percaya bahwa hari ini juga ia akan berpisah dengan sahabatnya, hmm bukan, mungkin akan melebihi dari pada sahabat. Sudah sejak lama perasaan itu terpendam, mungkin ini juga akan menjadi waktu yang tepat baginya untuk menggali perasaan itu dan memberikannya. "sepertinya gak cuma kamu yang pengen diomongin gw juga ada." lanjut Tanny.

Mereka langsung terdiam beberapa detik kemudian, entah apa yang membuatnya sunyi, mereka memikirkan pikiran mereka sendiri sendiri, tetapi dalam pikirannya itu terdapat suatu yang sama. "hmm, ya udah kamu tidur gih, biar gak kesiangan." ucap laki laki itu

"hey gak salah nih, seharusnya kamu tuh yang butuh tidur biar gak kesiangan, kan kamu yang mau ......." respond Tanny, ia tak bisa mengatakan, mengatakan bahwa akan berpisah dengan dirinya.

"ya sudah have a nice dream tann, see yaa!" panggilan masuk pun terputus, ia tak tau harus akan bagaimana, ia mungkin tidak akan melanjutkan tidurnya dengan nyenyak. Tetapi beberapa jam kemudian Tanny tertidur karena ia lelah mengeluarkan air matanya.

*****

Pagi jam 07:05 WIB, Tanny berlari tergesa gesa menuju satu pintu satu ruangan. UGD. ia berlari tanpa memikirkan para perawat yang sedang sibuk dengan aktifitas rumah sakit. Sesampai di tempat tujuan ia melihat seorang laki laki yang sudah berusia 21 tahun. Kak Tony.

"Kak Toni! gimana keadaan Aryo?" tanya Tanny kepada kakak dari laki laki yang pagi buta tadi meneleponnya. yaak sosok laki laki itu bernama Aryo. Sahabatnya yang sangat ia cintai itu.

"keadaannya kritis, tann, sepertinya hampir tak bisa tertolongkan." ucap kak tony dengan nada yang bergetar dan intonasi yang rendah dan pelan. Tanny langsung menangis saat waktu itu, entah mengapa hari ini ia sangat banyak mengeluarkan air mata nya.

Kak Tony langsung mendekat kepada Tanny, menghiburnya sedikit. Ia tahu Aryo dan Tanny yang cukup dibilang tak pernah bisa pisah itu. Dan ia pun tahu perasaan Tanny yang akan sedih berpisah lama dengan Aryo pada hari ini, tetapi musibah ini datang menambah Tanny sedih.

Tanny dan Kak Tony menunggu di depan pintu UGD dengan cemas, tidak sabar melihat pintu itu terbuka dan muncul dokter dari dalam dan memberitahu keadaan Aryo telah membaik. Tanny terus berdoa dan berdoa untuk itu, ia berharap akan bisa bertemu dengan Aryo.

Pintu UGD pun terbuka, dokter muncul dari dalam.

"ada yang bernama tanny ?" ucap dokter itu, entah kenapa tanny dipanggil olehnya

"yaak saya, ada apa dok, gimana keadaan aryo?" tanyanya cemas.

"dari tadi aryo menggumam nama anda, sepertinya dia ingin anda disampingnya sekarang ini. keadaannya tambah parah, tim kami hanya bisa membantunya sampai disini. sekarang hanya menunggu jawaban dari tuhan." ucap dokter itu.

Tanny menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya, air mata pun keluar kembali, kenapa tidak bisa pernah habis air mata ini. kenapa hari ini banyak sekali air mata yang terkuras. kenapa semua ini bisa terjadi?

Tanny segera masuk ke ruang ICU, aryo sudah di pindahkan tetapi keadaannya kritis hingga saat ini. peralatan dokter terpasang pada wajah dan badannya. Tanny ingin menangis melihat keadaan aryo sekarang, ia tak berdaya. Ia terus menerus dari tadi memegangi tangan aryo.

Tak lama kemudian tangan aryo bergerak, ia siuman. lalu matanya perlahan lahan terbuka, ia memanggil nama Tanny. Tanny yang terpanggil oleh aryo pun kaget, aryo memanggil namanya.

"Tanny." ucapnya lemah, pelan, tak ada semangat.

"iya ini aku yo, kamu harus kuat yo!" ucap tanny memberi semangat kepada aryo, dengan terisak menangis. entah mengapa ia merasa akan ada yang aneh. kepala aryo menggeleng lemah.

"udah saatnya, aku harus berakhir disini." ucapnya lemah membuatku air mataku deras

"gak aryo, kamu harus kuat."

"udah waktunya, tapi aku senang, karena kamu udah bisa disampingku hingga waktunya tiba, aku tidak akan menyesali ini. uhuk." ucapnya seakan meninggalkan tanny, bukan meninggalkan dalam jangka pendek maupun panjang, tetapi selama. aku hanya menangis.

"aku cinta kamu, tanny" ucapnya pelan tapi sangat terdengar ditelinga Tanny. Tanny pun gak percaya atas ucapan aryo tadi. ternyata dirinya pun sama dengan tanny. sama sama saling mencintai.

"aku juga cinta kamu, aryo." respond tanny dengan nada yang tidak karuan karena menangis.

Aryo pun tersenyum mendengarnya, ternyata selama ini benar, kenapa tidak dari dulu saja batin aryo. tetapi apa daya. perlahan lahan napas aryo seperti terangkat oleh sesuatu, screen yang menyatakan detak jantung aryo pun melemah, lalu membentuk garis. Ia telah tiada didunia ini. ia meninggalkan tanny dengan senyumnya yang khas. Tanny menangis sejadi jadinya. dokter pun datang dan menutupi jasad aryo dengan kain putih. Ternyata berpisah selamanya itu sangat sangat menyakitkan dan menyedihkan. Masih mending berpisah dalam jangka panjang tetapi masih sering berkomunikasi, daripada tidak sama sekali saat berpisah selamanya.

THE END

No comments:

Post a Comment