Sunday 5 December 2010

Dream en Reve or Realite (Part 7 The Last Part)

Part 7 : Mimpi Indah di dalam Kenyataan

Tiba tiba aku merasakan ada yang menepuk nepuk kepala ku beberapa kali.

“hoi hoi hoi, kamu kenapa?” tanya seseorang dengan nada cemas, tunggu! Suara itu!! aku mendongak ke atas, ALVIN??

Tanpa kemauanku sendiri, tubuhku bergerak, berdiri , lalu memeluknya. Refleks. Sepertinya dia kaget tiba tiba aku memeluknya sambil menangis, terasa dari usapan tanggannya di punggungku. Akupun bingung kenapa bisa tiba tiba melakukan hal itu. Tiba tiba aku sadar atas sudah memeluknya, perlahan lahan aku melepaskan pelukanku.

“udah tenang??” tanyanya, aku membalasnya dengan menganggukan kepala.

“Kamu tuh kemana vin? Hah? Kemana??” tanyaku rada emosi

“aku tuh udah nyariin kamu dari rumahmu, rumah anak anak osis, rumah anak anak eksul sepakbolanya, rumah ozy, tempat latihan kamu, tempat lapangan futsal, sampai ke lapangan sepak bola segala. Aku nyariin kamu udah 2 hari tau?” ucapku dengan emosi, gak tau kenapa. Tiba tiba saja emosiku meluap begitu saja melihat dia di hadapanku sekarang.

Alvin terlihat memicingkan matanya, tidak sepertinya sedang bingung memikirkan sesuatu

“ada apa?” tanyaku heran melihat perubahan mimik wajahnya.

“kamu bilang ada apa?? Banyak fy! Apa pedulimu? Sampai sampai cari aku ke tempat tempat biasa aku kunjungi hah? Kamu lupa kamu sudah mengusirku tempo lalu? LUPA FY?” ucapnya dengan suara lantang dan tegas, emosinya naik.

Aku gak bisa berkata apa apa beberapa saat, bener yang di katakan alvin, kalau aku jadi dia pun aku mungkin bertanya seperti itu. aku tidak tau kapan aku peduli padanya saat insiden itu, mungkin saat perasaannya yang seperti ‘air terjun’ itu lah membuat aku peduli padanya.

“ka.. kamu marah sama aku vin?” tanyaku setelah beberapa saat tadi terdiam mendengar ucapan alvin tadi.

“SANGAT.” Jawabnya dengan suara yang berat, lantang, penuh emosi.

Tiba tiba saja air mataku meluap lagi setelah mendengar jawabanya, aku ternyata sangat kejam dan sadis terhadapa alvin. Aku gak nyangka alvin sangat marah padaku.
Aku menangis terisak menyesali perbuatanku itu.

“hahahaha….” Suara ketawa?? Siapa?? “……. Hahaha sorry sorry marahku tadi akting wkwkwk.” Ucap alvin sambil tertawa terbahak bahak. Ada apa?? Aku mendongak keatas melihat dia sangat tertawa terbahak bahak, apanya yang lucu??

“hik hik….” Aku memberhentikan air mataku paksa “…… apanya yang lucu??” tanyaku heran sambil masih menahan air mata yang udah berhenti tadi.

“maaf maaf, tadi aku lagi akting taaau… hahaha sorry sorry.”

Aku hanya mengerutkan keningku melihatnya masih tertawa walau tidak seperti yang pertama, dia sudah mengendalikan tawa nya itu. apa maksudnya ini?

“oke oke, aku jelasin….” Katanya seperti bisa membaca apa yang sedang kupikirkan

“….. kali ini serius, aku belum pernah lihat kamu nangis kayak gitu tadi. kapan kamu nangis kayak gitu hah? Yang ini bikin wajahmu jelek tau.”

Heh?? Jelek?? Yang bener?? Aku segera berlari ke arah danau dan melihat pantulan wajahku di atas air itu. walau tidak begitu bagus saat melihat di cermin, air ini membantuku melihat wajahku saat ini. ternyata yang di bilang alvin bener. Wajahku berbeda sekali, aku tidak pernah melihat wajahku seperti ini.

“bener kan?” ucap alvin dari belakang, aku melihat pantulan wajahnya di air tersebut, dia juga sedang memperhatikan wajahku di air tersebut. Tiba tiba alvin melempar batu kecil ke pantulan itu, membuat pantulan itu membuyar membentuk gerakan air seperti lingkaran lingkaran.

“aku gak mau lihat wajah kamu yang kayak gini…. Ada apa sih fy? Aku belum pernah lihat tangisan mu yang kayak begini. Kenapa?” tanyanya, gimana nih, aku gak tau harus menjawabnya, aku terdiam sesaat mencari kata kata yang pas untuk menjawabnya, tapi apa.

“aah…. Hmm…. A…. aa…. Aku…. Hmm… aku takut kehilangan kamu.” Jawabku tak sadar mengatakan kata kata itu, entah mengapa. Aku langsung menundukkan kepala. Perasaan yang seperti ‘air terjun’ itupun datang kembali

“wow… really?? When you have that feel?? Bukannya kamu udah gak mau ketemu aku lagi?” katanya, aku mendongak dan menoleh ke arahnya, dia sedang memandangiku tajam.

“kamu tuh kemana ajah vin? aku cariin kamu saat keluar dari rumah sakit.” Aku bertanya menghiraukan pertanyaannya tadi

“peduli? Apa aku musti kasih tau kamu aku kemana saat itu?”

Aku kaget mendengarnya, apa dia terlalu sakit karena aku menyakitinya? Kenapa ini terjadi? Andai saja waktu itu aku gak….

“ok aku jelasin….” Katanya, kenapa dia tau apa yang aku pikirkan? “…… aku waktu itu terasa mau mati, jadi aku mencari cari lagi semua yang telah ku perbuat, maka dari itu aku mengurungi diri di salah satu tempat. Your grandpa’s house. Sekalian nganterin kak cakka ke bandung juga setelah aku di usir. Mungkin itu cara yang paling tepat pada saat itu. ini ajah aku mampir kesini keingat tempat ini saat di rumah kakekmu, jadi dari rumah kakekmu aku langsung kesini, sekalian istirahat.”
Rumah kakek ku?? kok bisa bisanya? Kebetulan kah?

“maafin aku yah, fy. Aku emang salah banget, aku bodoh, aku emang bodoh.” Ucapnya lalu menunduk kepalanya seperti tanda menyesal.

“gak vin! Aku yang salah, aku seharusnya gak usir kamu, aku yang bodoh, sangat bodoh, maafin aku vin,aku…. Aku…. “ ucapku meluapkan airmata ku lagi sambil terperosok jatuh terduduk “….. aku cinta kamu vin!”

Keadaan menjadi sunyi, hanya terdengar tangisan ku, hembusan angin dan gemercik air lalu tiba tiba gemercik air itu terasa terdengar keras. Hujan? Lalu tiba tiba ada yang memegang lenganku serta memaksaku berdiri. Aku mendongak, kulihat alvin dengan wajah tersenyum.

“ayo… neduh, kamu mau hujan hujanan apa??” sahutnya, lalu aku mengikuti perintahnya, kita berlari menuju di bawah pohon beringin. Kenapa hujan tiba tiba? Alhasil bajuku sudah basah kuyup saat ku berlari menuju pohon beringin ini mengikuti alvin di depanku tadi.

“eh….” Tiba tiba ada sesuatu yang mengantung di bahuku, jaket? “….. alvin??” aku melihatnya tepat di belakangku.

“pakai…. kamu kedinginan kan?”

Why he has ‘mind reading’ ?? dari tadi ia bisa membaca pikiranku.

“thanks” Jawab ku singkat

Lalu alvin duduk menyandar di batang pohon beringin yang besar, aku pun mengikutinya di samping alvin.

“apa yang tadi kamu ucapkan itu bener fy?” tanyanya, aku menoleh kesamping kaget mendengarnya bertanya, dia memandang lurus kedepan, ke arah danau.

“apa yang tadi kamu ucapkan itu bener fy?” tanyanya sekali lagi sambil menoleh kearahku. Tiba tiba wajahku panas, ‘air terjun’ itu pun menyerangku kembali. Aku hanya menganggukan kepalaku lalu tertunduk malu

“kenapa? Bukannya waktu itu kamu menolakku. Aku sudah gak lagi bisa denganmu lagi.”

“apa kamu sesakit itu sampai harus mengatakan gak bisa lagi?” tanyaku, aku melihat wajahnya kaget dan bingung

“maafin aku vin, aku gak peka sama perasaanku sendiri. Aku sendiri baru sadar karena mimpi buruk itu.”

“mimpi buruk?” tanyanya kaget “mimpi buruk apa?”

“hmm you know it when you say love to me once again, without ‘tukang ojek’.” Ucapku, sekarang aku benar benar memutuskan perasaanku kepada alvin, aku mencintai dirinya.

“hahahahahaha, must I do that mrs ify?” tanyanya beriringi ketawa khasnya

Tiba tiba saja tangan alvin meraih kepalaku, lalu menyenderkannya di bahunya

“thank you for loving me, you know? I’m still love you when you deny my love.” Ucapnya pelan tapi sangat terdengar keras karena diriku sudah sangat dekat dengan alvin saat ini.

Aku merasakan hangat walau hujan yang dingin ini turun deras, danau pun terlihat sangat indah sekali. Waktu berlalu cepat, awan hitampun perlahan hilang dan matahari pun terlihat menguasai. Terlihatlah keajaiban alam ini, pelangi. Aku menikmati pemandangan ini berdua bersama alvin di sampingku.

Epilog:

Kisah cintaku sudah dimulai sejak saat di danau itu, aku dan alvin sangat bahagia sekali melihat status kita ini, orang tua kami akhir nya mengetahui, aku gak tau siapa yang mengasih tau, aku takut ada apa apa atau gak dibolehin atau semacamnyalah, tapi mereka malah mensupport kami. Mungkin orangtuaku setuju karena alvin sudah sangat di percayai dari kami masih kecil. Aku tambah bahagia melihat orangtua kami menyetujui hubungan kami yang berpacaran.

“hey, ngapain? Ngelamun ajah.” Ucap seseorang dari belakang. Alvin.

“gak vin, acaranya ramai banget.”

“nih minumnya.” Ucapnya sambil menyodorkan segelas orange juice

Aku sedang berada di acara pertunangan kak gabriel dan kak via yang di adakan seminggu sesudah kejadian di danau itu.

“mana nih tokoh utama acara ini?”

“ngapain cari cari tokoh utama segala hah?” ucap seseorang dari belakang, kenapa semua yang menyapa dari belakang terus yak

“eh kak gabriel, kak via.” Ucap alvin menyapa

“hey vin, gimana?? Betah sama adek gw yang ribet minta ampun? Hahahaha.”

“hussst yel, kamu tuh yah gak pernah berubah ngejek adikmu, inget kamu tuh sama ajah kayak alvin.” Ucap kak via

“hah? Mirip alvin?” ucapku heran.

“aaah kamu gak usah kasih tau mereka donk. Aku tau itu.”

“eh ada apa nih? Kok sama kayak aku?” tanya alvin heran juga

“udahlah, it’s very very secret.” Kata kak gabriel.

“Di harapkan kepada saudara alvin dan saudari ify menaiki panggung” ucap seseorang, MC acara ini. ada apa ini? kenapa di suruh ke panggung? Sama alvin pula.

“eh apa apan nih? Kok kita di panggil vin?” ucapku

“aku sama sivia bikin jadwal dadakan, tadi sih idenya papa, setelah di omongkan kami menyetujui nya.”

“jadwal apaan?” tanya alvin bingung

“biasa menghibur tamu, singing.” Jawab kak via

Nyanyi?? Berdua?? Waduh sialan ini kenapa gak ngasih tau dulu sih.

“eh tapi kita belum siap.” Ucapku menolak

“udahlah ayo maju, anggap ajah itu kado yang harus diserahkan pada kakakmu ini.”

“hah sialan nih kak gabriel.”

Akhirnya dengan terpaksa aku dan alvin menaiki panggung kami menyanyikan lagu favorit kami berdua dari group bernyanyi yang sangat populer di masanya season in

the sun – westlife

Goodbye to you my trusted friend
We ve known each other since we
Were nine or ten
Together we ve climbed hills and trees
Learned of love and abc s
Skinned our hearts and
Skinned our knees

Goodbye my friend it s hard to die
When all the birds are singing
In the sky
Now that spring is in the air
Pretty girls are everywhere
Think of me and I ll be there

We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the hills that we climbed were
Just seasons out of time

Goodbye papa please pray for me
I was the black sheep of the family
You tried to teach me right from wrong
Too much wine and too much song
Wonder how I got along

Goodbye papa it s hard to die
When all the birds are singing in the sky
Now that the spring is in the air
Little children everywhere
When you see them I ll be there

We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the wine and the songs like the
Seasons have all gone
We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the wine and the song like
The seasons have all gone

Goodbye michelle my little one
You gave me love and helped
Me find the sun
And every time that I was down
You would always come around
And get my feet back on
The ground

Goodbye michelle it s hard to die
When all the birds are singing in
The sky
Now that the spring is in the air
With the flowers everywhere
I wish that we could both be there

We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the hills that we climbed were
Just seasons out of time

We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the wine and the song like the
Seasons have all gone

We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the wine and the song like the
Seasons have all gone

We had joy we had fun we had
Seasons in the sun
But the wine and the song like the
Seasons have all gone

Fin
The End

No comments:

Post a Comment