Sunday 5 December 2010

Dream en Reve or Realite (Special Part)

Kisah Gabriel si master of gombal

Terlihat sesosok laki laki sedang berjalan menyusuri koridor kampus, menuju tempat parkir kampus. Laki laki itu sedang mengutak atik iPod miliknya sambil berjalan, mencari lagu yang pas untuknya sore itu. lalu dia menemukan lagu favoritnya, sudah lama sekali dia tidak mendengarnya Time is running out – muse lalu dia langsung memutar lagu tersebut, memasukkan kedua earphone di lubang telinganya.

Laki laki itu pun ikut bernyanyi mendengarnya, pas bagian reff tiba tiba dia langsung bergaya seperti matthew bellamy memainkan gitar khasnya itu. tas ranselnya yang tidak terlalu berat pun menjadi bahan untuk dijadikan gitar bohong bohongan.

Our time is running out
Our time is running out
You can't push it underground
You can't stop it screaming out

Lalu seorang perempuan berlari ke arah laki laki itu dari belakang. Langsung menepuk pundak laki laki itu.

“HOI!”

Tiba tiba saja laki laki itu tergejolak kaget setengah hidup. Kalau jantungnya itu hanya setengah mungkin dia udah mati saat itu juga.

“EH KODOK LOMPAT LIMA KALI KETANGKAP BUAYA YANG DI MAKAN SINGA.” Latah laki laki itu.

“woi woi, tenang tenang. Wkwkwk dasar latah!” ucap perempuan itu

“hadeeeh ternyata kamu vi, KAGET TAU! Awas ajah nanti ku balas.” Ucap laki laki itu kepada perempuan yang tadi mengkagetkan nya, sivia azizah. Yak itulah nama lengkap perempuan tadi. Sivia berumur lebih muda dari laki laki itu, sedang membawa banyak kantung plastik di tangannya.

“mau di bantu?” ucap laki laki itu

“gak usah kak, tadi kayaknya lagi manggung gitu. Masa manggung bawa bawa kantung plastik wkwkwk.” Jawab sivia, dia teringat adegan laki laki itu memainkan tas ranselnya seperti gitar sungguhan.

“yaa ampun vi, udah di bilang berapa kali panggil ajah gabriel. Gak bosen apa makai
‘kak’ begitu.” Ucap gabriel.

“hahaha, iya deh iya deh, mulai sekarang aku manggil iel deh.” Ucap sivia dengan senyum yang paling manis. Entah kenapa gabriel yang melihatnya langsung mengalihkan pandangannya dan mencopot earphone yang tadi masih bertengger di daun telinganya dan memasukkannya di saku celananya.

“baru dari minimarket??” tanya gabriel

“he-em… biasa belanja cemilan buat di rumah, sekalian bahan bahan masakan yang di pesan mama.”

“mau di antar? Pasti repot kalau bawa bawa kantong plastik begitu naik bus.” Tawar gabriel.

Suatu kelangkaan bagi sivia, seorang gabriel menawarkan tumpangan padanya. Inilah yang ditunggu oleh sivia sejak pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya. Tanpa ba be bo lagi sivia pasti langsung menerima tawaran itu.

“boleh boleh, tapi gak apa apa nih repotin??” tanya sivia, takut nanti ngerepotin gabriel juga nanti dia yang jadi permasalahannya lagi.

“gak, gw lagi banyak freetime seminggu ini. jualan gw juga udah pada habis, belum ke re-stock. Jadi banyak freetime minggu minggu ini.” jawab gabriel

Gabriel ini selagi kuliah juga sering punya kerja sambilan, jualan. Lebih tepatnya ‘jualan online’ jadi kalau ada pesanan dia bakal repot ngirim barang pesanan ke jasa pengiriman dan bolak balik bank untuk menghitung hitung pendapatan yang ia dapatkan dari usahanya itu. lagipula ini juga kesempatan bagi dia, kapan lagi nganterin sivia ke rumahnya. Gabriel masih ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang sivia sejak dia merasakan sesuatu di dalam dadanya itu.

“bener nih? Ya udahlah kalau gitu. Ayok deh.”

“hahaha semangat amat mpook, kayak mau ke pasar ajah. Wkwkwk. Ya udah cepet sini gw bawain kantong plastiknya.”

Tanpa respond terlebih dahulu dari via, gabriel langsung menyambar kantong plastik tersebut. Saat mengambilnya ada perasaan yang muncul di dadanya saat tadi tangannya sempat menyentuh jari jari sivia. Sivia yang daritadi diam melihat kantong plastiknya diambil gabriel sudah terpasang muka seperti kepiting rebus. Gak tau kenapa sivia pasti akan terdiam dan mukanya seperti kepiting itu saat melihat wajah gabriel yang memasang seulas senyum dan mata yang sangat adem bila dipandang.

Keduanya sedang dalam pikirannya sendiri, saling pandang satu dengan satu, menikmati aliran darah yang deras dari atas ke bawah. Hening. Hanya terdengar suara angin berhembus, saat itu kordiror itu sangat sepi. Seperti milik mereka berdua. Gabriel tersadar lebih dahulu, dia langsung membuang muak ke kantong plastik yang sudah ia pegang dan dia sedang melihat lihat isinya.

“ayook, takut macet nanti di jalan. Ehh kamu suka permen alpenlible juga??” tanya gabriel tak sengaja melihat bungkusan permen alpenlible.

‘Pengalihan yang bagus’ batin gabriel, gak tau itu pengalihan yang bagus atau bukan, itu bukan urusannya saat ini, saat ini ia ingin mengontrol perasaan ‘itu’ dulu dalam beberapa waktu kedepan.

“he-em… kamu juga suka yel?”

“iya… kalau lagi ke minimarket pasti beli alpenlible.

“owh, kalau gitu ambil ajah itu kalau mau.” Tawar sivia “hitung hitung upah antaran nya.”

“gak apa apa kali, gw kan ikhlas bantuin nya hahaha. Tapi boleh juga sih. gw ambil satu yak?”

“silakan.”

Dalam perjalanan ke parkiran banyak sekali obrolan mereka, ini bukan yang pertama kali nya sivia atau gabriel mengobrol dengan asiknya. Sering kali mereka bertemu di kantin kampus, kadang sivia sedang asik membaca novel di sana dan di sana juga gabriel sedang menikmati musik musik dari iPod nya. Jadi mereka sering mengobrolkan banyak hal, dari tentang musik serta film juga sering membicarakan dosen yang mereka tidak sukai. Kadang gabriel curhat tentang kelakuan adiknya sama sivia, gabriel susah menjaga adik perempuannya itu, ify yang saat itu sedang duduk di bangku 1 SMP.

Jadi ia sering minta saran dari sivia. Di obrolan obrolan mereka gabriel sering kali menyelingi obrolannya dengan lawakan khas-nya. Lawakan khas gabriel lah yang membuat sivia betah mengobrol dengan gabriel.

“eh ngapain duduk di belakang? Gw kayak supir donk! Mana ada supir keren plus ganteng begini.” Ucap gabriel melihat sivia membuka pintu mobil belakang sivia.

“hahaha narsis banget sih. ya udah oke oke.” Respond sivia, dalam hatinya dia girang sekali, gak nyangka bisa bersebelahan di mobil dengan gabriel. Ini yang ia tunggu tunggu sejak dulu. Bahagianya sivia hari ini.

Mobil gabriel pun sudah menjejakkan bannya di jalanan, tidak ada obrolan sama sekali dari mereka, entah kenapa mungkin mereka sama sama kikuk membicarakan obrolan obrolan dalam situasi yang seperti ini. Hanya terdengar lagu lagu dari album origin of symmetry – muse.

Birds flying high you know how I feel
Sun in the sky you know how I feel
Reeds driftin' on by you know how I feel

It's a new dawn
It's a new day
It's a new life
For me
And I'm feeling good

Salah satu lagu di dalam album muse tersebut “feeling good” gabriel selalu bernyanyi ringan kalau mendengar lagu tersebut

“aku lebih suka yang di bawain michael buble.” Ucap sivia tiba tiba membuka pembicaraan

“owh yak?”

Dari situlah pembicaraan seru di mulai, mereka sudah tidak kikuk lagi dalam situasi bersebelahan dalam mobil. Tidak heran mereka tidak terasa kalau sudah sampai di depan rumah sivia.

“mampir dulu yel!” tawar sivia

“hmm gak usah deh, kapan kapan ajah. Lagi mau check stock dagangan juga.”

“hmm oke. Hati hati!”

“yoooo… see you”

Sivia melambai lambaikan tangannya ke arah mobilnya gabriel hingga menghilang di pertikungan jalan. Hari ini ia tidak akan melupakan moment ini. ini yang pertama kalinya gabriel mengantarnya pulang. Dengan hati yang berbunga bunga sivia memasuki pagar rumah dengan riang sambil bernyanyi ringan lagu favoritnya, feeling good.

***

Dua tahun berlalu, gabriel dan sivia pun sudah sangat akrab. Sudah gatel rasanya bagi gabriel untuk mengakhiri pertemanan itu menuju yang lebih dari itu. lebih dari persahabatan. Mungkin juga sivia sudah sangat sangat menunggu hingga lumutan. Tapi mereka masih tetap menyembunyikan hal itu dalam diri masing masing. Mereka masih terperangkap oleh lingkaran pertemanan itu.

Gabriel sudah memasuki semester akhir, ia disibukan oleh skripsi skripsi yang akan ia buat. Dan itu membuat jarang bertemu sivia. Hari ini ia sedang banyak waktu, ingin sekali bertemu dengan sivia. Ia langsung melesat ke kantin. Mencari sivia. Ia menolehkan matanya sekeliling kantin itu. tidak ada. Ia malah melihat Dayat. Teman main basketnya sejak dulu. Satu fakultas dengan sivia. “apa gw tanya ke dayat yaak? Siapa tau dia tau kemana sivia.”

“Hey Bro!”

“HEH Lo yel? Ada apa?? Nantangin one by one lagi nih?”

“owh gak gak, gw kesini nyariin sivia. Lu tahu kemana?” tanya gabriel to the point, gak mau basa basi sama dayat. Dayat terkenal dengan basa basinya yang terlalu panjang dan kadang suka distrubing.

“owh tadi sih gw lihat lagi ke arah parkiran sama cowok, hmm gak tau deh cowok fakultas mana. Kayaknya baru masuk semester ini.”

‘Cowok?? Siapa?’ batin iel. Merasa ada perasaan panas dalam tubuhnya. Cemburukah?
Tanpa A I U E O lagi gabriel melesat meninggalkan kantin dan dayat tanpa ucapan apapun. Ia berlari kencang menuju parkiran, menerobos sebagian anak anak yang lalu lalang di koridor. Mungkin masih keburu mengejar sivia.

Dan benar juga gabriel berhasil mengejarnya, tapi mata gabriel langsung membelalak melihat apa yang sedang terjadi di depan matanya. Sivia dan seorang laki laki. Ia mengetahui laki laki tersebut, yak obiet, anak yang baru masuk semester ini dan satu fakultas dengan gabriel. Gabriel sih tidak melarang sivia dekat dengan orang lain. Tapi setelah melihat pemandangan di depan matanya itu dia merasa tubuhnya panas. Cemburu.

Ia melihat sivia sedang asik asik ketawa dengan obiet lalu sivia menyubit yubit perut obiet sebagai rasa kesal padanya. Gabriel tidak pernah melihat sivia dekat banget dengan cowok sampai cubit cubitan begitu. Lalu kemudian sivia mengejar ngejar obiet di parkiran tersebut, sampai sivia terjatuh. Lalu obiet tiba tiba sadar hal itu, lalu membantu sivia berdiri dengan SANGAT PENUH PERHATIAN. Melihat itu gabriel langsung melesat pergi ke arah aula kampus, kebetulan disana ia sedang ditunggu oleh temannya untuk mengambil barang orderan.

***

Keesokan harinya, sivia ingin sekali bertemu dengan gabriel dan mengobrol seperti biasanya. Ia ingin sekali bicara hal penting padanya. Ia langsung melesat ke kantin.
Sesampai ke kantin ia merasa kecewa, ia tidak melihat gabriel di kantin itu. yang lihat hanyalah dayat. “apa aku tanya sama kak dayat ajah yaak?”

“kak dayat!” sapa sivia

“eh lu vi… ada apa?”

“aku lagi cari gabriel, tau dia lagi dimana??”

“owh gabriel? Dia lagi nganterin orderan temannya di dekat air pancur. Coba ajah cari kesana. Tapi kok gw bingung yaak? Kemaren si iyel nyariin lu. Ketemu sama dia gak?”

“hah? Kemaren? Gak… “

‘Kemaren? Gabriel cariin aku? Ada apa? Kemaren kan gw seharian sama obiet’ batin sivia

“ya udah sana lu cepat kesana, nanti gak ketemu lagi sama iyel.” Seru dayat

“ya udah, makasih yaah kak.”

Sivia langsung melesat ke air pancur dekat taman kampus. air pancur disitu emang selalu sepi. Tapi tetap ada satu dua orang yang kesana hanya merilekskan diri mereka.
Tidak lama, karena dekat dengan kantin. Terlihatlah gabriel sedang merapikan tas nya besiap pergi dari tempat itu.

“Gabrieeel!” sapa sivia

“eh via?. Maaf gw lagi sibuk. Kalau mau ngobrol lain kali ajah.” Ucap gabriel dengan nada agak tinggi tidak biasanya. Dan ini yang pertama kali gabriel menolak ajakan sivia mengobrol. Ada tatapan sedih di mata gabriel.

“tapi aku pengen ngobrol, yel. Tumben kamu gak mau ngobrol.”

“GW BILANG GW LAGI SIBUK!” ucap gabriel tinggi, sivia pun kaget atas intonasi bicara gabriel yang tidak biasanya kepada nya

“maaf, gw buru buru.” Ucap gabriel langsung melesat pergi menuju arah parkiran

Sivia terpaku diam di tempat. Ia tidak pernah melihat gabriel yang seperti ini. ada apa sebenarnya dengan gabriel? Sivia masih berpikir panjang, ia tidak mau gabriel marah marah gak jelas padanya.
‘jangan jangan? Gabriel melihat aku sama obiet kemaren pas nyariin aku?’ batin sivia, kalau itu benar ini akan menjadi rumit ke belakangnya

***

Gabriel selalu menghindar bila sivia menghampirinya dalam seminggu ini. sivia merasa ia sudah tidak dianggap oleh nya. Sivia ingin mengakhiri perilakunya itu, ia tidak tahan.

Kali ini sivia membuat perjanjian bertemu dengan gabriel di Taman di daerah rumah gabriel. Bila ia tidak datang menemuinya, sivia rela tidur seharian maupun seminggu menunggu gabriel.

***

Gabriel merasa ingin menghindari perjanjian itu, tapi gimana lagi ia gak tega bila sivia tidur di taman itu. mau tidak mau ia akan menemuinya, dalam hati terdalamnya ia merasa ingin sekali bertemu sivia dan berbicara seperti biasanya.
Ia ingin sekali ingin mengakhiri itu, tapi setelah melihat ia dengan obiet, ia sudah putus asa.

***

“hey! Udah lama?”

“hey yel… gak lama sih, baru 3 jam-an.”

Tiba tiba keheningan tiba beberapa detik.

“ada apa? Kok ngancam ngancam gitu sih mau ketemu ajah.”

“kalau gak ngancam mungkin gak bakal ketemu kamu yel.” Ucap sivia dengan nada sendu pelan

Keduanya sama sama kikuk, gak seperti biasanya. Mereka saling mengontrol dirinya.

“kenapa kamu ngehindar dari aku sih,yel?”

Gak ada jawaban dari gabriel, ia masih terdiam

“kamu gak tau kenapa aku melakukan ini kan? Aku udah bosan menunggu yel. 2 tahun lebih.”

Gabriel membelalak matanya gak percaya mendengarnya, apa mungkin perasaan itu akan terbalaskan.

“maksud kamu? Kamu…..”

“yups, kamu tahu kamu ngehindar dari aku itu membuatku sakit yel. Aku cinta kamu.”
Tiba tiba sivia merasa mukanya panas, merah setelah mengucapkan 3 kata ajaib itu. ingin rasanya ia terbang lari menghindar dari gabriel. Gabriel yang melihatnya pun kaget atas perasaan sivia padanya. Jadi perasaan nya itu terbalaskan sekarang. Tapi…

“tapi yang minggu lalu itu….. obiet…..” ucap gabriel merasa tak tau akan menanyakan apa

“obiet itu sepupu jauh ku, kalau kamu sedang melihatku bersama nya itu berarti kamu salah paham yel, bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku emang dekat banget dengan obiet. “

“hahaha, siaaaal. Ck. Kenapa ini?” ucap gabriel sambil tersenyum

“kalau gitu, bisakah aku membalasmu? Aku sangat bodoh sekali, anggap ini sebagai permintaan maafku. Tapi ini emang benar benar dari hati yang paling dalam. Love you too.” Ucap gabriel.

Gabriel langsung melebarkan tangannya, ia menunggu sivia kedalam pelukannya. Siviapun mengerti lalu langsung mendekap dalam tubuh gabriel.

“jadi kamu udah nunggu sampai lumutan hah? Hahaha. Sorry. Kalau kamu mau tahu waktu aku cariin kamu itu, aku udah ingin melancarkan strategi biar bisa dapetin kamu.”

“wkwkwkwk, kamu tuh yah yel. Udah tau malu sama bodoh bisa bisanya canda kayak gini.”

“jadi sekarang kita resmi nih?”

“yups”

****

Dua tahun berlalu, gabriel sudah menamatkan kuliahnya. Siviapun juga. Hari ini mereka akan bertunangan. Gabriel dan sivia pun tidak menyangka hubungannya bakal sampai sejauh ini. mereka sangat sangat saling mencintai. Hubungan kedua keluarga pun sangat baik. Ini suatu anugerah yang sangat indah bagi mereka.

Alvin dan ify sudah menyelesaikan show dadakan mereka, tiba tiba saja terlihat senyum jahil alvin dan ify.

“gimana kalau kita menyaksikan sang tokoh utama dalam acara ini. gimana setuju?” ucap ify kepada para tamu

Gemuruh setuju atas kedua tokoh utama naik ke atas panggung membawakan sebuah lagu. Yang di sorakin pun kaget melihat reaksi para tamu.

“gimana nih yel? Nyanyi?”

“hmm ya udah ayook deh daripada pada lemparin makanan nanti ke panggung. Masih hapalkan?”

“selalu.”

Kedua tokoh utama naik ke atas panggung, siap siap dengan microphonenya, lalu berbincang kepada sang keyboardist lagu apa yang akan dinyanyikan.

Birds flying high you know how I feel
Sun in the sky you know how I feel
Reeds driftin' on by you know how I feel

It's a new dawn
It's a new day
It's a new life
For me
And I'm feeling good

Fish in the sea you know how I feel
River running free you know how I feel
Blossom in the tree you know how I feel

It's a new dawn
It's a new day
It's a new life
For me
And I'm feeling good

Dragonfly out in the sun
you know what I mean, don't you know
Butterflies all havin' fun you know what I mean
Sleep in peace when day is done

That's what I mean
And this old world is a new world
And a bold world

For me
Stars when you shine you know how I feel
Scent of the pine you know how I feel
Freedom is mine
And I know how I feel

No comments:

Post a Comment