Saturday 4 December 2010

Dream en Reve or Realite (Part 4)

Part 4 : That dream come be realite.

Aku membuka mataku, ‘ini dimana??’ tanyaku pada diri sendiri, ku lihat langit langit putih, ku alihkan pandanganku ke kanan dan ke kiri, ‘putih’. Semua yang terlihat serba putih, ini dimana? Aku belum menyadari tempat ini tetapi aku melihat ke kiri disana ada jendela ke arah seperti taman kecil. Ku lihat ke kanan hanya ada se lembar kain putih yang mengantung seperti pembatas. Ku lihat langit langit terdapat sebuah televisi kecil di sudut langit langit yang sedang tidak menyala. Ku tegakkan tubuhku dan bersandar di bantal yang telah ku tegakkan ke atas. Aku melihat seorang laki-laki yang sedang tidur di sofa. ‘kenapa dia disini?’ tanyaku heran. Saat ku mencium bau yang sepertinya alkohol aku mulai sadar ini ada di kamar inap rumah sakit.

Saat kusadari, terdengar seperti pasien sebelah memanggil namaku, aku gak tau siapa karena sehelai kain yang mengantung dan membentang dari kepala tempat tidur hingga kakinya.

“non ify? Non ify udah bangun?” suara seorang pria dewasa memanggilku, dia sepertinya masih dalam keadaan berbaring dan menghadap ke bilik tempat tidurku karena terlihat olehnya bayangan dari kain putih yang membentang dan memisahkan tempat tidurku dan dia.

“alhamdulillah.. non ify udah sadar, non ify baik baik ajah kan? Jangan banyak gerak dulu!” kata pria itu, aku mengenali suara itu.. dia Pak Saleh, supirku. Kenapa beliau ada di sini, aku masih berpikir keras menggali ingatanku.

“iya pak, hanya sedikit pusing.” Jawabku singkat dan padat. Aku tau pak saleh sepertinya gak bisa bergerak, makanya beliau tidak menarik kain putih yang mengantung itu ke samping maupun dia beranjak jalan dan menghampiri tempat tidurku.

Tapi kenapa demikian? Aku masih tetap berusaha menggali ingatanku? Sepertinya aku sudah tertidur lama sekali hingga ingatkan ku susah kembali di ingat.

Aku merasa, aku pernah mengalami peristiwa ini, owh iya… aku bermimpi tentang ini semua, dan ternyata itu semua menjadi kenyataan. Yah tidak semua, sekarang aku mengingat kenapa aku berada disini, semalam aku dan pak saleh menabrak truk besar, dan jadilah seperti ini.

“Owh iya pak, saya udah berapa hari ini??” tanya ku

“udah 2 hari non.”

“hey fy udah sadar? Gimana tidurnya? Nyenyak?” tanya laki laki itu, dia baru terbangun.

“kenapa kamu disini vin?” tanyaku ketus, aku masih merasa kesal padanya.

“aku yang mengantarkan mu dan pak saleh ke rumah sakit, aku yang hubungi orang tua mu kalau kalian kecelakaan, aku yang jagain kalian dan menginap disini.” Jawabnya lembut, alvin emang anaknya lembut kalau menghadapi ku yang sedang lemah seperti ini. Tapi tetap aku masih kesal padanya tempo hari.

“kamu peduli samaku karena apa?? Teman? Atau mengharapkan yang lain??” tanyaku ketus, aku masih kesal padanya. Karenanya juga aku berada di sini, andai waktu itu tidak terjadi seperti itu mungkin aku tidak berada di rumah sakit ini.

“udahlah kamu itu jangan ungkit yang kemaren lagi dulu, kamu lagi dalam keadaan seperti ini fy.” Ucapnya

“udahlah jangan bohong! Udah kamu keluar sana, aku lagi gak mau ketemu sama kamu vin. Please!” ucapku sedikit lembut. Yak ‘sedikit’

“tapi fy….”

“udah nak alvin turuti ajah dulu, non ify butuh istirahat juga.” Ucap pak saleh

********

Aku sedang melamun saat ini, entah apa, tapi kayaknya peristiwa aku berada di atas tempat tidur rumah sakit ini pernah terjadi, aku melihat televisi, aku teringat aku pernah melihat acara ini sebelumnya dengan isi yang sama. Yak itu semua ada di mimpiku sebelumnya. Yak tidak semuanya, tapi kalau mimpi itu jadi kenyataan apa mungkin yang ‘itu’ jadi kenyataan juga? Aku harap gak jadi kenyataan, karena Cuma beberapa saja yang jadi kenyataan. Buktinya kak gabriel dan kak via gak datang jenguk, dalam mimpiku mereka datang bersama orang tuaku.

Lamunanku terhenti sampai saat ada suara zahra yang seperti toa datang langsung ke tempat tidurku berada.

“IFYYYY, KAMU BAIK BAIK AJAH KAN FY.” Teriak orang yang sedang memelukku saat ini, aku tersenyum geli dengan tingkah lakunya.

“eh zahra ini rumah sakit, gw baik baik ajah kok.” Aku merasa percakapan ini sama persis dalam mimpiku, apakah ini sebenernya mimpi yah??

“iya maaf maaf ini aku bawain buah buahan buat lu.” Ucap zahra seraya menaruh bingkisan buah buah itu di meja kecil sebelah tempat tidurku.

“aku?? Woy lu gak lihat kita zah? Itu juga gw yang beliin, eh maksudnya kita, kita yang beli.”

“iya iya ngel, maksud gw kita yang bawain buah buahan.”

“kak ify gak kenapa napa kan?”

“iya gak kenapa napa kok, semua baik baik saja,zy.” Ucap ozy,

“wah sampai ada kak rahmi yang datang, makasih yah udah jengguk ify kak.” Ucapku saat tau ada kak rahmi.

“iya fy… cepet sembuh lu, kita bakal ada latihan buat lomba yang di selenggarakan sehabis lebaran.”

“loh zy, mana acha mu itu? gak datang dia?” tanyaku ke ozy

“tadi katanya dia, dia gak bisa datang. Ada acara keluarga yang gak bisa di tolaknya, katanya.” Jawab si debo

“lah kak debo, emang kak debo cowoknya apa, kan yang ditanya kak ify aku bukan kakak.” Respond ozy yang kelihatnya tadi ingin menjawab tapi malah si debo yang menjawab.

“hahahaha, tenang zy tenang…. Hahaha gw kan udah punya si ourel.” Debo ketawa terbahak bahak, sepertinya dia puas.

Lalu tiba tiba pintu terbuka, ada seseorang yang akan masuk, siapa?? jangan jangan?? No no no ini tidak mungkin, percakapan yang tadi itu emang hampir mirip persis dengan mimpiku, tapi jangan orang itu yang masuk di dalam kenyataan, cukup di dalam mimpi saja. Please I hope then.

“hey! Lama amat lu, jangan mentang mentang udah ada pacar gitu jadi telat begini.” Ucap debo, jangan bilang itu dia, jangan sampai, aku masih belum melihat siapa orang itu, seperti biasa kain putih yang menggantung ini menghalangkan pandanganku ke pintu

“iya iya maaf gw, tadi bangun telat nih yang molor terus kerjaannya. Hey fy… gimana keadaannya? Baik baik kan??” ucap orang itu saat aku sudah bisa melihat siapa dan juga sebaliknya dan ternyata….

Owh no ini yang aku gak mau jadi kenyataan, cukup dalam mimpi saja. Kenapa ini semua bisa jadi kenyataan. Rio, yak yang baru datang itu rio, lalu aku melihat siapa yang sedang ia rangkul, dan dia adalah shilla. Owh god, kenapa semua ini jadi kenyataan.

“hey hey fy, kamu baik baik ajah kan.” Ucap shilla yang membuyarkan lamunanku.

“eh iya yo, shill gw baik baik ajah.” Ucap ku agak sedikit terbata bata.

Aku sudah tidak dapat berpikir lagi, semua ini benar benar tidak masuk akal di pikiranku saat ini, semua sekarang begitu nyata, bukan mimpi. Aku bingung kenapa ini terjadi padaku, kalau aku bisa saja membuat kejadian ini adalah mimpi, akan ku jadikan kejadian ini semua mimpi, dari alvin ke kecelakaan hingga ke rio. Aku bisa di bilang sudah patah hati, dan bertepuk sebelah tangan sepertinya. Owh god can I dream now??

Semuanya lagi membicarakan akan kemana mudik mereka masing masing, aku ikut turut dalam percakapan itu sedikit, yah Cuma menanggapi pertanyaan mereka dengan jawaban singkat. Aku sudah terlampau sakit hati, dan tidak dapat berpikir secara logika aku. Semua kini jadi kenyataan, rio dan shilla baru saja jadian sejak 4 hari yang lalu, sebelum acara buka puasa bersama osis. Tapi kenapa waktu itu rio tidak hadir? Karena shilla hadir, otomatis seharusnya pasangannya pun harus menemaninya. Kalau aku tau lebih awal saja, arrrgh sudah aku bingung sekarang.

******

Akhirnya mereka pulang juga, sekarang waktunya aku menangis, aku sudah menahannya sejak tadi, aku gak mau teman temanku melihat aku tiba tiba menangis tanpa alasan yang tepat untuk aku kasih tau ke mereka, cukup aku saja yang tau atas ini semua. Tidak sepertinya bukan aku saja tetapi alvin, dimana dia sekarang yah? Eh kenapa tiba tiba aku memikirkannya?? Aku masih ada rasa rada kesal padanya.

Semua begitu nyata, aku gak bisa berpikir logis kenapa ini semua terjadi. Aku menangisi semuanya, yah tidak masuk akal juga aku menangis. Tapi mungkin menangis dapat membawa segelintir penat di otak ini hilang perlahan lahan. Aku menangis, lalu semua pandanganku kabur bukan karena air mataku. Aku tidak dapat melakukan apa apa lagi. Aku terlelap dalam tidurku, kecapekan menangis.

To be Continue

No comments:

Post a Comment