Sunday 9 January 2011

The Sign of Dream (Part 2)

Part 2 : Weird Time

“nama saya, Septian Putra Manuel, kalian bisa panggil gw Septian atau Tian. Asal SMA Fredom Bandung. Salam kenal.”

“Ya sudah kamu duduk di situ….” Ucap Pak Joe sambil menunjukan jarinya “…… di depannya ify dan shilla.”

Septian pun langsung menuju tempat yang sudah di tunjuk sebagai tempat duduknya selama kurang dari 1 tahun. Terlihat dia sedang mengenalkan diri kepada Debo, teman sebangkunya itulah. Lalu dia menghadap kebelakang, dengan senyum yang tulus dan mungkin sedikit menawan, ia menyodorkan tangannya ke shilla

“shilla”

“septian”

Lalu berganti ke arah ku

“ify”

“wow, ify? Namanya yang cukup bagus. Senang berkenalan denganmu.”

Sangat sopan sekali, first impression yang bagus. Aku diam diam memperhatikannya, kenapa? Kenapa? Kenapa semua jadi membingungkan seperti ini? Siapa Septian? Ngapain dia disini? Untuk apa dia muncul disini? Ini membingungkan.

“Woy, inget Alvin!” ucap Rio bisik dari belakang.

“iyaaa, gw tau yoo. Tapi ada yang aneh.” Ucapku sambil menghadap ke meja Rio

“aneh gimana maksud lo fy.” Tanya Shilla yang ikut dengar percakapan aku dan Rio

“gw gak tau apa, tapi gw punya firasat aneh mungkin lebih tepatnya …..” ucapku ragu ragu untuk meneruskan kalimatku “…… aaah udahlah, perasaan gw ajah kali yaak?”

Pak Joe yang lagi menerangkan soal soal PR fisika murid murid merasa terganggu melihat meja rio dan ify terdengar bisik bisik.

“RIO! NGAPAIN KAMU, KERJAIN NO 5 DI PAPAN TULIS!”

Rio yang merasa terpanggil kaget terdengar suara keras Pak joe, serta aku dan shilla pun sempat terpengkal dari tempat duduk. Rio dengan malas berdiri dari tempat duduknya, aku melihat dia terlihat seram melihat soal nomor 5 yang bisa dibilang sangat susah karena itu nomor terakhir. Dengan langkah gontai dia berjalan meninggalkan mejanya.

“psst Rio!” ucapku setelah rio berjalan melewati meja ku dan shilla

“sorry, but this the answer” ucapku sambil melempar segumpalan kertas kecil

“thanks”

Setelah itu Rio menuju ke depan papan tulis dengan semangat, walau dia harus bisa pandai mengintip jawaban yang ku berikan, tapi terlihatnya gampang karena Pak Joe sedang menerima telepon, dan alhasil Rio dapat menjawab soal itu.

“owh bagus kamu Rio, sekarang kamu boleh duduk kembali.” Seru Pak Joe setelah melihat pekerjaan Rio tadi benar.

“makasih pak.”

***

Aku sedang terburu buru menuju kantin, ada sedikit rasa bersalahku dengan alvin, karena istirahat pertama tadi aku tidak menemuinya karena ada tugas dari Pak Joe yang tidak selesai saat jam pelajarannya. Sebenarnya alvin juga tidak akan marah karena ini, tapi aku merasa bersalah karena itu. Yaaah mungkin ini yang disebut orang orang dimana kita menjalin hubungan cinta dengan baik dan benar, dengan cinta dan kasih sayang.

Tiba tiba ada yang berlari kearahku tanpa melihat ke arah depan, aku ingin menghindar tapi terlambat, dia sangat cepat berlari.

BRAAAAK

“oucch, woy JANGAN LARI LARI di koridor! Lu gak lihat nih gw jatuh, WOY!” Ucapku agak kasar kepada si penabrak karena dia main pergi tanpa menghiraukanku yang tertabrak olehnya

“oh? Gw? Kenapa?” tanya laki laki itu penuh kepolosan, cih gak tau apa dia udah bikin jatuh begini.

“eiits dah makai nanya kenapa? Lu jangan lari lari di koridor! Nih gw jatuh.”

“terus? Kenapa? Jatuh tinggal bangun doank, susah amat?”

Astaga lama lama gondok juga ini, siapa sih nih anak? Belum pernah lihat, gila banget udah tau jatuh bukannya bantuin, laki laki apaan?

“Hey lu tuh laki laki kan? Bantuin kek, tanggung jawab kek, main lari lari ajah. Cowok apaan kayak gitu.”

“arrrg lu tuh maunya apa sih, ya udah sih sini sini!” ucap laki laki itu sambil menarik tanganku paksa untuk bangun.

“weits, lu nolong apa mau nyulik orang sih! udah udah lepas. Ck cowok gila lu!”

Aku langsung melongos pergi seperti tujuan awal tadi, tanpa menghiraukan cowok kurang ajar, lebih tepatnya gila, menurutku. Huh udah berapa menit aku berhadapan dengannya? Aku check jam tanganku, arrggh sial 8 menit lagi bel masuk. Segera ku lari di koridor menghiraukan pernyataanku tadi ‘jangan lari di koridor!’ huh, kenapa jadi muna begini.

Huh, kenapa baru kali ini aku sadar, dari kelasku yang ada di lantai 2 ke kantin ternyata cukup jauh! Rasanya capek kalau dengan berlari, dan terasa jauh. Tetapi kalau dengan berjalan biasa terasa dekat sekali, apa mungkin karena ada yang menemani? Aah biasanya sendirian pun walau dengan berjalan biasa juga terasa dekat.

Hah biarlah. Sepertinya lain kali tidak akan lari dari kelas ke kantin. Apalagi tadi. Huh.

Sesampai di kantin, aku mengedarkan pandangan ke seluruh arah. Mencari alvin. Kemana dia? Hmm itu Angel, itu Acha sama Ozy, itu Debo, itu Zahra. Alvin? Mana? Owh itu kenapa? Meja itu? kok bisa patah begitu? Hmm ada apa gerangan bisa patah begitu?

“HOI KAK IFY!” seru seseorang kencang, Ozy.

Aku segera kesana, ketempat meja Ozy dan Acha, tidak jauh darisitu meja Angel, Debo, Zahra. Dan meja itu, meja yang begitu rapuhnya terbelah menjadi dua.

“Hay cha, hay zy….” Sapa ku sesampai dimeja mereka dan duduk “….. eh kalian lihat alvin?” tanyaku

Ozy dan Acha langsung melihat berhadapan dengan wajah yang aneh, entah aneh apa? Aaah mungkin tepatnya ada rasa takut dan cemas.

“hmm…. Umm kak alvin? Hmm.. duh…” gumam ozy gak jelas “….. kamu tau gak cha?”

“eh, duh…. Gimana yaak? Hmm… ummm.” Gumam acha sama tidak jelasnya

Aku menatap mereka bingung, ada apa ini? kalau gak tau tinggal bilang gak tau, lah ini kok ribet mau jawab apaan. Aneh.

“lo nanya alvin kemana?” ucap seseorang dari belakang, ku membalikkan badan. Debo.

“iya, lu tau dimana?” tanyaku

“tau, sekarang dia lagi di ruang BP. Dan ini gara gara lo, fy.”

Ah, masuk BP?? Terus ini gara gara aku?? HAH apa apaan ini? kenapa aku? Kenapa bisa masuk ruang BP? Ada apa ini?

“Heh?? BP?? Kenapa?? Kok gw?? Eh sumpah gw gak tau apa apa.”

“jelas ajah lo gak tau, FY. Lo baru DATANG. Lo lihat tuh meja! ….” Ucap debo sambil menunjuk meja, meja yang terbelah dua itu? “…… alvin MARAH, Fy. Lu istirahat pertama gak datang, dan sekarang? Hah? Tau sendirikan lo?” ucapnya dengan nada tinggi dan lantang

“Jadi…. Karena aku baru datang….. alvin sampai begitu? GAK MUNGKIN, gak mungkin alvin sebegitunya, kamu pasti bohong kan deb.” Aku benar benar gak percaya, alvin marah? Gak gak pasti ada yang gak beres nih

“itu bener fy.” Ucap seseorang yang ikut masuk pembicaraan. Angel. Dan ada zahra di sampingnya

“iya, fy, kita semua disini saksinya, Ya kan zy. cha?” sekarang zahra menimpali ucapan angel tadi

“eh iya kak.” Jawab acha ragu ragu

Aku benar benar gak percaya, gak biasanya alvin sebegitunya, selama ini gak pernah. Ini pasti bohong pasti gak benar, ada apa ini? aaah siaaal.
Tiba tiba suasana kantin yang tadi agak ramai, sekarang hening. Termasuk Debo, Acha, Ozy, Angel, dan Zahra. Semuanya diam. Ada apa? Semuanya melihat ke arah yang sama. Aku mencoba menelusuri arah mata mereka. Tepat dibelakangku. Alvin?

“Alvin?”

“KAMU KEMANA AJAH IFY? HAH?” ucapnya galak, tinggi, lantang. Ada apa ini? alvin? Marah? Gak seperti biasanya, aku Cuma hanya menggigit bibirku, takut. Jelas. Aku sangat takut bila alvin marah seperti dia marah kepada musuh bebuyutannya.

“Maafin aku vin, aku gak akan mengulanginya lagi.” Ucapku pelan dan gemeteran. Aku belum pernah mendapatkan yang seperti ini dari alvin.

“MAAF? GAK AKAN MENGULANGI?? DARI DULU KAMU BEGITU FY? TAPI LIHAT! SEKARANG? HAH? AKU KECEWA FY.” Ucapnya benar benar seperti orang yang sedang mencuri uang di bank. Menyandera para nasabah. Benar benar tidak seperti alvin

“alvin, maafin aku. Kali ini aku benar benar tidak akan mengulanginya vin.” Ucapku sama seperti tadi, pelan dan gemeteran

“Kamu gak usah capek capek bikin janji, fy…….” Ucapnya tidak seperti tadi “…. KITA…….”

*********

Hai hai hai, gimana? part 2nya? aneh yaak? owh iya sebelumnya minta maaf karena lama sekali saya mempublish part 2... gimana? tambah aneh kan? nah loh gimana tuh? owh iya SELAMAT TAHUN BARU yaaak (telat) hihi tapi tak masalahkan diucapkan sekarang hihihi.... enjoy it ^^ comment bisa disini, bisa via twitter @exewriyan bisa via Facebook (kaitokid94@yahoo.com) saran dan kritik sangat sangat diterima.

No comments:

Post a Comment